Review Kereta Lodaya Ekonomi (Premium)
Hai! Di pagi yang random ini. Di perjalanan kereta dari Bandung menuju Jogja. Ingin sedikit bercerita. Bismillah fokus ke review keretanya.
Jadi, baru-baru ini kalau kita melakukan perjalanan menggunakan kereta api Lodaya (pagi dan malam), rutenya itu antara Solo sampai Bandung (Yogyakarta, Tasikmalaya, dll), kita akan menemukan kereta Lodaya kelas Ekonomi.
Saya adalah penumpang kereta Lodaya sejak 2012 hingga sekarang. Mereka hanya menyediakan kereta kelas Bisnis dan Eksekutif. Tapi kini mereka punya kelas ekonomi. Claim-nya kereta premium. Kalau kalian pernah naik kereta Jayakarta premium, dan kereta-kereta lain yang ada kata premium di belakangnya, nah ku kira akan sama atau mirip. Separuh gerbong dan separuh lainnya saling berhadapan atau dalam satu gerbong terdapat sebagian penumpang menghadap depan dan sebagian yang lain akan terasa berjalan mundur. Kalau kereta eksekutif dalam satu gerbong terdiri atas 13 nomor (1A - 13D), kereta bisnis 17 nomor (1A-17D), kereta premium (ekonomi) ini terdiri atas 20 nomor yang juga sampai D. Tenang, tidak sepenuh kereta ekonomi yang sampai E alias 5 orang (3 dan 2) perbaris. Sama dengan kereta eksekutif dan bisnis, satu baris 4 orang. Tapi ya sempit, sih. Karena lebih rapat. Gerbong baru, bersih, nyaman. Bahkan ada fasilitas yang kelas bisnis biasanya tidak dapat yaitu TV yang jumlahnya sampai 4 unit dalam satu gerbong.
Oiya, kursinya nyaman dan bisa dimundurkan ke belakang. Tapi karena space yang sempit, menurut saya ini cukup kontradiktif. Sekali dimundurin kursinya, dah kelar. Yang sempit makin sempit. Ya gitu deh yang saya alami. Hiks.
Harga tiket kereta kelas ini adalah IDR 220000. Ya, lebih mahal dari kereta bisnis anyway. Saya pilih ini aja karena ga ada pilihan lain alias kepepet. Bahkan ragu, "ini kereta apaan, ekonomi, Lodaya, kok mahal?" Udah berprasangka ke mana-mana. Worth atau tak? Tapi karena ada diskon 20000 dari Traveloka, boleh juga mari coba dan akhirnya iya!
Kurang tahu harga tiket kereta Lodaya kelas eksekutif. Kalau kelas bisnis adalah sekitar IDR 140000 - 215000.
Nah, lebih mahal. Tapi menurut saya ini ga masalah dan masih oke dengan kenyamanan gerbong kereta baru yang ditawarkan. Kalau boleh nebak mungkin ini transisi buat kelas bisnis dan eksekutif mau upgrade gerbong dan harga tapi dimulai dengan mengadakan kelas ini. Cuma nebak. Hehe
Selanjutnya mau pakai atau tidak? Seperti saya bilang dari tadi kereta ini nyaman, tapi karena postur tubuh saya tinggi dan besar (hehehehe), saya akan memilih kelas bisnis atau eksekutif demi kenyamanan kaki saya untuk perjalanan kurang lebih 8 jam ini.
Demikian review saya. Jadi saking penasarannya waktu itu, saya searching soal review kereta ini. Tapi ya belum ada ternyata. Semoga ini membantu anda yang membaca. Semoga saya selamat sampai tujuan. Semoga anda juga, ya!
Maaf untuk cerita yang sama sekali bukan tentang musik. Tapi ini bagian dari cerita seorang pemusik asal Jogja yang memanfaatkan satu hari liburnya saat bekerja di Bandung untuk menyaksikan sebuah pertunjukan stand up comedy yang sudah lama dinantikan. Pertunjukannya di Jogja. Nanti malam saya akan kembali ke Bandung. 2 Desember adalah tanggal konser saya.
Di lain halaman bisa juga saya menceritakan betapa pemusik yang mencari uang dengan main musiknya itu bisa stress berat juga. Punya peluang stress yang sama dengan profesi lain.
Firlie NH
1 Desember 2018
Jadi, baru-baru ini kalau kita melakukan perjalanan menggunakan kereta api Lodaya (pagi dan malam), rutenya itu antara Solo sampai Bandung (Yogyakarta, Tasikmalaya, dll), kita akan menemukan kereta Lodaya kelas Ekonomi.
Saya adalah penumpang kereta Lodaya sejak 2012 hingga sekarang. Mereka hanya menyediakan kereta kelas Bisnis dan Eksekutif. Tapi kini mereka punya kelas ekonomi. Claim-nya kereta premium. Kalau kalian pernah naik kereta Jayakarta premium, dan kereta-kereta lain yang ada kata premium di belakangnya, nah ku kira akan sama atau mirip. Separuh gerbong dan separuh lainnya saling berhadapan atau dalam satu gerbong terdapat sebagian penumpang menghadap depan dan sebagian yang lain akan terasa berjalan mundur. Kalau kereta eksekutif dalam satu gerbong terdiri atas 13 nomor (1A - 13D), kereta bisnis 17 nomor (1A-17D), kereta premium (ekonomi) ini terdiri atas 20 nomor yang juga sampai D. Tenang, tidak sepenuh kereta ekonomi yang sampai E alias 5 orang (3 dan 2) perbaris. Sama dengan kereta eksekutif dan bisnis, satu baris 4 orang. Tapi ya sempit, sih. Karena lebih rapat. Gerbong baru, bersih, nyaman. Bahkan ada fasilitas yang kelas bisnis biasanya tidak dapat yaitu TV yang jumlahnya sampai 4 unit dalam satu gerbong.
Oiya, kursinya nyaman dan bisa dimundurkan ke belakang. Tapi karena space yang sempit, menurut saya ini cukup kontradiktif. Sekali dimundurin kursinya, dah kelar. Yang sempit makin sempit. Ya gitu deh yang saya alami. Hiks.
Harga tiket kereta kelas ini adalah IDR 220000. Ya, lebih mahal dari kereta bisnis anyway. Saya pilih ini aja karena ga ada pilihan lain alias kepepet. Bahkan ragu, "ini kereta apaan, ekonomi, Lodaya, kok mahal?" Udah berprasangka ke mana-mana. Worth atau tak? Tapi karena ada diskon 20000 dari Traveloka, boleh juga mari coba dan akhirnya iya!
Kurang tahu harga tiket kereta Lodaya kelas eksekutif. Kalau kelas bisnis adalah sekitar IDR 140000 - 215000.
Nah, lebih mahal. Tapi menurut saya ini ga masalah dan masih oke dengan kenyamanan gerbong kereta baru yang ditawarkan. Kalau boleh nebak mungkin ini transisi buat kelas bisnis dan eksekutif mau upgrade gerbong dan harga tapi dimulai dengan mengadakan kelas ini. Cuma nebak. Hehe
Selanjutnya mau pakai atau tidak? Seperti saya bilang dari tadi kereta ini nyaman, tapi karena postur tubuh saya tinggi dan besar (hehehehe), saya akan memilih kelas bisnis atau eksekutif demi kenyamanan kaki saya untuk perjalanan kurang lebih 8 jam ini.
Demikian review saya. Jadi saking penasarannya waktu itu, saya searching soal review kereta ini. Tapi ya belum ada ternyata. Semoga ini membantu anda yang membaca. Semoga saya selamat sampai tujuan. Semoga anda juga, ya!
Maaf untuk cerita yang sama sekali bukan tentang musik. Tapi ini bagian dari cerita seorang pemusik asal Jogja yang memanfaatkan satu hari liburnya saat bekerja di Bandung untuk menyaksikan sebuah pertunjukan stand up comedy yang sudah lama dinantikan. Pertunjukannya di Jogja. Nanti malam saya akan kembali ke Bandung. 2 Desember adalah tanggal konser saya.
Di lain halaman bisa juga saya menceritakan betapa pemusik yang mencari uang dengan main musiknya itu bisa stress berat juga. Punya peluang stress yang sama dengan profesi lain.
Firlie NH
1 Desember 2018
Komentar
Posting Komentar