HEALING SELESAI !

Healing selesai.
Walau di benakku sudah banyak hal yang ingin aku kerjakan setiba di Jogja nanti, aku bersyukur dengan perjalanan healing-ku yang singkat ini. Aku pernah dengar cerita lewat podcast, healing seorang wanita asal Bandung yang memutuskan untuk ke Jogja kalau tidak salah selama dua Minggu tanpa target-target tertentu yang mau ia kerjakan selama healing. Lama, niat healingnya. Terus dia cerita yang ia dapatkan selama ia di Jogja, sama Tuhan dikasih pengalaman-pengalaman yang dia nggak pernah bayangkan dan itu mendamaikan. Berhasil intinya.

Aku berhasil tidak? Aku sulit untuk menyimpulkan. Sebisa mungkin pergi tanpa ekspektasi tapi masih ada ekspektasi tipis-tipis karena dari Jogja sudah tahu hal-hal yang akan dikerjakan.

Sekitar pukul 3.40 aku tiba di stasiun pasar Senen. Telat hampir satu jam karena ada perbaikan jalur kereta katanya. Nggak masalah bagiku. Aku bahkan ingin sampai Jakarta saat langit sudah terang. Tapi aku betul-betul tidur, kebangun karena ada suara, "Senen Senen Senen". Aku berdiri dan hampir saja meninggalkan tas yang aku letakkan di atas. Untung segera disadarkan. Alhamdulillah.

Menunggu subuh. Terang. Ke kos mas rolanda. Hari ini jadwalku sebelum tujuan utama nonton orkestra adalah berfoto untuk projek resital dengan mas Rolanda November nanti.

Sampai di kos, ngobrol sebentar, sarapan, mandi, dandan, siap untuk berfoto. Ide-ide gila mas Rolanda mulai menjadi-jadi. Dimulai dari foto di atas mobil pick up yang berjalan dan kami hadap belakang sambil membaca cello dan biola. Diakhiri dengan foto menggunakan bajaj!



Jakarta terik sekali. Buset, sejak pagi kagak ada sejuk-sejuknya.

Sempat direncanakan untuk latihan bahan duet resital kami. Dan berlangsung juga di kampus IKJ. Siang hingga sore. Ini yang secara "tenaga" tidak aku perhitungkan. Rencananya ya setelah latihan langsung nonton orkestra. Kampus IKJ dan Taman Ismail Marzuki berada di kawasan yang sama, tinggal jalan kaki. Ternyata, berfoto dan latihan menguras banyak tenagaku terutama kakiku. Gemuk. Gembrot. Kakinya gampang capek.

18.30. Ke teater besar Taman Ismail Marzuki untuk registrasi ulang dan mengambil buku program. Berdiri dong berdiri. Untuk antre masuk sebelum open gate berdiri lagi dong. Ya gitu deh, kakiku udah parah banget rasanya. 19.30 baru bisa duduk di kursi penonton dengan space kaki standar orang ukuran biasa. Ibarat kereta itu ekonomi dah, sempit. Ya sebetulnya nggak sempit bagi yang tubuhnya berukuran normal. Tapi ya aku butuh kursi bisnis atau eksekutif gitu untuk posturku. HAHAHAHA

Aku suka, ada penjelasan menarik secara lisan di bagian awal tentang karya yang akan dimainkan walaupun sebetulnya ada di buku program. Di buku program pun penjelasan dihadirkan dengan sangat menarik dan tetap informatif. Baru ini dah aku nggak masalah dengan penjelasan perihal karya yang akan dimainkan secara dobel gini. Karena bukan plek asal baca doang. Dan buku program (termasuk penjelasannya) dibuat sungguh-sungguh oleh penulis (musikolog). Luv




Formatnya tidak hanya orkestra. Ada format lebih kecil.

Tema "Aves" yang berarti burung. Bunyi-bunyi yang orkestra hasilkan malam itu menggambarkannya.

Diawali dengan karya pertama itu ada rekomposisi dari four season, Vivaldi. Ada tiga soloist. Soloist pertama, Glen. Suaranya jelas sekali dari posisi dudukku di atas. Jernih dan bagus. Ni gedung keren amat! Oke aku ndeso baru sampai sana HAHA. Semua bunyi terdengar dengan baik dari kursiku. Tapi setelah aku dengar lebih saksama, ternyata ada sound out-nya! Mereka pakai sound, aku kira mic di area panggung hanya untuk keperluan recording tapi ternyata ada sound out-nya. Tapi bunyinya bagus. Beberapa waktu lalu aku habis datang ke konser orkes gesek di Jogja, gedungnya bagus sekali, tidak dengan bunyinya. Yah, jadi nggak sengaja membandingkan nih. Dulu juga sempat nonton Steven Isserlis, cellist luar, konser di Jakarta, suaranya kering orkesnya, gedungnya bagus tapi karena itu tanpa sound out, mungkin kursi aku duduk dapat bunyi yang begitu.




Capekku tidak tertahankan. Aku mengantuk bukan karena karyanya melainkan ya karena capek aja. Tapi aku bertahan sampai habis demi menyaksikan Fire Bird, Stravinsky yang dimainkan lengkap dengan dance, koreografer Rusdy Rukmarata.

Sebelumnya aku belum pernah memainkan bahkan menonton karya tersebut dimainkan. Padahal ini adalah salah satu karya yang jadi pembahasan saat kuliah tentang musik setelah romantik, musik awal abad 20. Sejak itu tahu betapa kerennya dan kontroversialnya karya tersebut. Masih banyak karya lain juga yang menarik di mata kuliah dulu. Gitu deh.

Walaupun agak-agak sesekali tertidur tipis-tipis sebentar aku pasti bangun. Capeknya tidak tertahankan. Dance nya bagus banget. Gerakan yang lumayan bisa aku cerna setelah penjelasan isi karya, merepresentasikan. Ditambah penari-penari hebat penuh keyakinan. Kalian matang, keren, rispek.

Sudah sejak di Jogja, aku berencana untuk menemui teman-temanku yang bermain orkes tersebut setelah konser ke panggung. Karena capek sekali, aku urungkan niat itu dan duduk di depan merilekskan kaki sebelum pergi makan. Lapar sekali rasanya.
Sebetulnya sebelum acara aku sudah bertemu beberapa teman dan bersalaman.

Sedang duduk-duduk, seorang kawan chat aku. Ngajakin nongkrong. Aku mau tapi udah males jalan. Akhirnya aku disamperin walau akhirnya harus jalan juga, sih. Tapi penutup malam itu cukup asik.



Sekarang aku ada di kereta. Nanti pukul 15.00 sampai Jogja. Terlepas menyimpulkan healing ini sukses atau enggak, aku sudah merasa siap untuk beraktivitas lagi di Jogja. Kangen bikin cookies, kangen bikin risol. Hehehehe

Oiya, hasil foto dengan mas Rolanda sangat memuaskan. Itu happy banget rasanya.




Kalau kalian penat, jangan lupa healing! Lain waktu aku juga ingin tulis tentang katarsis yang aku dapat infonya dari kawan.

Firlie NH
29 Agustus 2019

Komentar

Banyak dibaca