NATURAL HEALING

Healing oh healing. Healing lagi healing lagi. Jalan-jalan ke Jakarta lagi? Bukan. HAHAHA. Pergi ke tempat lain? Tak.

Aku sebagai guru privat cello pernah mempunyai lima murid dalam satu waktu. Itu terdengar tidak banyak dibanding guru privat instrumen biola, gitar, dan piano. Tapi buatku murid lima itu banyak. Aku sering memikirkan secara detil permasalahan yang dihadapi muridku. Masing-masing beda semua. Bisa jadi aku malah berlebihan dalam memikirkan solusi untuk mereka makanya aku pusing sendiri. Ngajar kok nggak enjoy (?)
Sebetulnya di satu sisi aku menikmati di sisi lain aku merasa beban. Padahal aku tidak terikat lembaga yang menekankan dari segi target. 

Sampai datanglah suatu masa muridku habis. Tinggal satu lebih tepatnya. Mereka menyampaikan alasan mereka masing-masing kepadaku. Rasanya lega seperti beban di punggungku lepas semua. Aku mulai menikmati hari-hari senggang sesuka hati. Sibuk membuat risol saja. Mengajar murid yang tinggal satu. Sampai selang beberapa saat aku menyadari, semua salahku. Aku menjadi seseorang yang merasa gagal menjadi guru cello. Merasa gagal memberi motivasi kepada mereka untuk terus belajar cello. Atau justru membuat mereka menyimpulkan bahwa belajar cello itu nggak asik. Merasa berdosa. Akhirnya aku coba evaluasi. Andai aku nggak sungkan mungkin sudah ku chat satu per satu murid yang mengundurkan diri dan menanyakan apa yang mereka rasakan dari belajar cello terutama saat denganku. Tapi nyatanya sungkan, rikuh. Maka, evaluasi tipis-tipis. Aku berusaha stop menyalahkan diri sendiri dan coba lebih maksimal mengajar satu murid yang tersisa. Di sisi lain aku merasa dia sudah menurun semangatnya juga karena sering izin. Duh, salah apa lagi aku. Apa gara-gara aku dia sering izin? Ah, duh. Capek aku di posisi gini tanpa ada saksi yang melihat sehingga bisa aku tanya aku baiknya gimana dalam mengajar. 

Datang hari saat aku diberi tawaran untuk mengajar cello di kampus yang sedang merintis orkestra sendiri. Aku akan pegang murid dari 0. Aku merasa tertantang. Ini berasa kesempatan untuk memperbaiki upayaku menjadi guru cello yang lebih oke. Akhirnya aku ambil tawaran tersebut. 

Healing dimulai. Natural healing. Aku punya dua murid, dua duanya anak kuliah. Yang satu semester lima, angkatan 2017. Yang satu lagi semester satu, S2. Cowok. Jarang banget aku punya murid cowok. Seumur hidup cuma satu. Dulu sekali. 
Minggu pertama berjalan lancar. Aku senang sekali untuk beberapa alasan: (1) mereka mahasiswa, berasa ngajarin teman sebaya. Ngajar kek ngasih tahu aja gitu alias komunikasi jauh lebih lancar karena muridku sebelum-sebelumnya, kalau nggak anak sekolah ya ibu-ibu. Ke mereka aku bisa pakai bahasa yang kalau ngajarin anak-anak itu sulit dipahami, mereka bisa-bisa aja. (2) Mereka juga mau menganggapku seumuran mereka. Aku memang nggak perlu dihargai seperti guru, yang penting mereka mendengarkan aku. Kalau ngajar anak sekolah, kadang menghormati aja, dengerin bandel. (3) Tanpa beban walau ada beban. Jujur, targetnya berat. Mereka digenjot seminggu tiga kali untuk bulan sekarang dan mungkin bulan depan, untuk akhirnya akan bergabung bertemu konduktor. Takut sekali rasanya kalau saat gabungan, konduktor yang aku sudah kenal banget, mereka kecewa sama pelajarannya alias murid-murid ku nggak maksimal. Tapi aku enjoy ngejalaninnya. Alhamdulillah. 

Terimakasih ya, murid-muridku 😍 Aku selalu bilang "ganteng" atau "cakep" setiap kali aku benerin postur mereka. Kadang aku panggil mereka "mas", itu secara sengaja sih untuk menjaga maskulinitas mereka. Ya, ini aku bikin teori sendiri, sih. Ngarang. Tapi adik aku yang usianya 7 tahun aja aku suka panggil "mas", meniru gurunya di sekolah yang selalu memanggil adikku begitu. Menurutku itu bekerja hehehe kayaknya.

Kadang aku juga panggil "cuk" habis itu ketawa bertiga karena HAHAHA karena ada hal kecil kesalahan yang diulang-ulang aku ceritanya marah tapi nggak serius. 

Mereka yang bisa bikin aku bilang gini di depan muridku sendiri, "ternyata aku bisa ngajar juga ya?!" Mereka tertawa. Nggak tahu juga maksudnya apa. Kalimat itu sedang memvalidasi diriku sendiri, aku masih bisa ngajar. 

Semoga selalu dimudahkan Alloh melalui bahagia yang aku rasakan sejauh ini. Hari ini pertemuan ke lima. Udah nggak sabar berangkat ngajar. Sejauh ini, ini masa ngajar termenyenangkan yang pernah aku alami. Berangkat nggak berat. Pulang senyum.

Terimakasih, Alloh :)

Firlie NH
14 September 2019

Komentar

Banyak dibaca