EMOSI
Di suatu malam, malam yang sudah lewat pukul 23.00, sekian menit sudah aku tidak membuka ponsel. Masih saja HP tidak berbunyi. Aha, iya! HP ku memang tidak getar dan tidak berbunyi jika ada notifikasi. Karena, tanpa ada kedua tanda itu, sudah otomatis aku membuka HP sering-sering. Bukankah pada saat sekarang semua orang begitu?
Ku saut HP ku. Bosan saja, aku masih sibuk di dapur malam-malam, tapi memang sering aku mengerjakan pesanan di malam hari. Aku swipe up layar HP untuk membuka kunci dan swipe down untuk membuka notifikasi. Dua orang cowok chat aku di waktu hampir bersamaan. Hatiku berdebar. Yang satu adalah orang yang pernah sangat aku cintai (walau aku nggak tahu pasti cinta itu apa) sejak satu tahun lebih. Orang yang lebih mirip patung. Orang yang selalu tampak datar di depanku. Saking datarnya, aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. Orang sudah membuatku lelah, saking lelahnya, akhir-akhir ini setiap membaca namanya di media sosial aku langsung marah, membanting HP, dan hati bergetar karena ingin memukul. Yang satu lagi adalah cowok yang saat-saat ini selalu berhasil bikin aku nyengir. Cowok nggak jelas yang baru aku kenal sekitar tiga bulan lalu. Cowok yang aku anggap nggak akan jadi temanku tapi ternyata masih temenan sampai sekarang. Cowok yang jago nulis. Cowok yang suka ngelucu tapi nggak lucu. Cowok yang kadang mengeluarkan maskulinitasnya dan aku leleh. Cowok yang suka bikin aku nyengir karena dia tampak sangat nerd bagiku! HAHA.
Campur aduk. Nyengir dan cemberut di saat bersamaan. Aku kesal situasi ini.
Belum ada yang ku baca.
Aku membawa ponselku ke kamar mandi. Ndlosor dan menangis air mata jatuh dari sudut mata menuju pipi. Kataku dalam hati, "Tuhan, sepertinya mereka bukan siapa-siapa ku, tapi kenapa mereka terlalu banyak mempengaruhi mood saya Tuhan? Saya benci. Tuhan apa nggak mau kasih saya satu cowok yang membuat saya tidak bingung? Cowok yang halal untuk saya peluk. Cowok yang mengimami salat subuhku agar aku tidak kesiangan lagi. Cowok yang selalu makan masakan saya. Cowok yang bisa beliin senar cello buat saya. Cowok yang butuh saya untuk menyemangati dirinya. Cowok yang bisa saling membantu satu sama lain dalam segala hal."
Tidak lebih dari satu menit. Tangisanku berhenti. Emosiku sudah tumpah. Sudah. Ya sudah.
Firlie NH
18 Oktober 2019
Ku saut HP ku. Bosan saja, aku masih sibuk di dapur malam-malam, tapi memang sering aku mengerjakan pesanan di malam hari. Aku swipe up layar HP untuk membuka kunci dan swipe down untuk membuka notifikasi. Dua orang cowok chat aku di waktu hampir bersamaan. Hatiku berdebar. Yang satu adalah orang yang pernah sangat aku cintai (walau aku nggak tahu pasti cinta itu apa) sejak satu tahun lebih. Orang yang lebih mirip patung. Orang yang selalu tampak datar di depanku. Saking datarnya, aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. Orang sudah membuatku lelah, saking lelahnya, akhir-akhir ini setiap membaca namanya di media sosial aku langsung marah, membanting HP, dan hati bergetar karena ingin memukul. Yang satu lagi adalah cowok yang saat-saat ini selalu berhasil bikin aku nyengir. Cowok nggak jelas yang baru aku kenal sekitar tiga bulan lalu. Cowok yang aku anggap nggak akan jadi temanku tapi ternyata masih temenan sampai sekarang. Cowok yang jago nulis. Cowok yang suka ngelucu tapi nggak lucu. Cowok yang kadang mengeluarkan maskulinitasnya dan aku leleh. Cowok yang suka bikin aku nyengir karena dia tampak sangat nerd bagiku! HAHA.
Campur aduk. Nyengir dan cemberut di saat bersamaan. Aku kesal situasi ini.
Belum ada yang ku baca.
Aku membawa ponselku ke kamar mandi. Ndlosor dan menangis air mata jatuh dari sudut mata menuju pipi. Kataku dalam hati, "Tuhan, sepertinya mereka bukan siapa-siapa ku, tapi kenapa mereka terlalu banyak mempengaruhi mood saya Tuhan? Saya benci. Tuhan apa nggak mau kasih saya satu cowok yang membuat saya tidak bingung? Cowok yang halal untuk saya peluk. Cowok yang mengimami salat subuhku agar aku tidak kesiangan lagi. Cowok yang selalu makan masakan saya. Cowok yang bisa beliin senar cello buat saya. Cowok yang butuh saya untuk menyemangati dirinya. Cowok yang bisa saling membantu satu sama lain dalam segala hal."
Tidak lebih dari satu menit. Tangisanku berhenti. Emosiku sudah tumpah. Sudah. Ya sudah.
Firlie NH
18 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar