P E N G H U J U N G 2 0 1 9
31 Desember 2019. Akhir dari tahun 2019 ini aku habiskan dengan nonton dua film Indonesia di Iflix. Wedding Agreement dan Mantan Manten. Keduanya berhasil bikin aku menangis. Keduanya menceritakan bahwa setiap ada akhir bahagia sebuah pasangan pasti aja ada pihak yang sakit. Sama seperti yang aku alami saat ini. Aku nggak bisa memiliki seseorang yang aku dambakan menjadi suami. Orang yang selalu mencuri perhatianku selama satu setengah tahun ini. Tanpa ada usaha apapun yang aku lakukan melainkan hanya bersikap layaknya teman biasa. Dan sejak sekitar awal Desember aku harus menerima kenyataan bahwa ternyata dia kembali dengan kekasihnya yang dulu yang bisa jadi mereka akan segera menikah. Aku juga tidak tahu perihal mereka kembali menjalin hubungan tersebut. Dari film Mantan Manten, di luar itu hanyalah sebuah film, dia mengajarkan kita untuk ikhlas. Betapa bertubi-tubi yang Nina alami tapi pada akhirnya ia berhasil menjadi seseorang yang berhati ikhlas. Nina keren banget. Mungkin kalau ada yang nanya aku pengen kaya siapa aku akan jawab pengen kaya Nina. Aku bener-bener nangis sesenggukan waktu dia memakaikan baju pengantin cowok yang itu adalah tunangannya dulu. Dia melakukan semuanya sambil tersenyum. Menjalankan kewajibannya sebagai paes dengan baik sampai selesai, sampai ayah mantan tunangannya yang juga orang yang pertama kali menjatuhkan karirnya berdiri, dan memberi isyarat ucapan maaf dan terima kasih.
Hari ini sebetulnya aku nggak libur karena ini hari Selasa seperti biasanya jadwal mengajar cello di orkestra. Kabar libur sangat mendadak dan tentu saja happy. Banyak sekali hari aku lewatkan tanpa menulis entah itu curhat, pengalaman, review, opini, dan lain-lain di blog. Belajar dari Pandji Pragiwaksono yang menulis materi stand up comedy setiap hari, walau aku bukan mau jadi komika, juga bukan sedang menata karir sebagai penulis, tadinya aku juga punya keinginan bisa menulis di blog setiap hari. Sempat di blog banyak draf yang sampai sekarang juga belum aku publish. Huh, tapi ini sudah cukup lama aku tidak memasukkan tulisan baru ke draf. Banyak banget yang ingin aku ceritakan padahal. Kadang nggak mood menulisnya atau ada kerjaan lain yang harus dikerjakan atau yang paling parah ya malas aja.
Apakah kalian tipe merayakan malam tahun baru? Kebetulan aku tidak. Banyak alasannya. Alasan yang paling mendasar dari diriku sendiri, aku tidak tahu letak penting dan menyenangkannya tahun yang baru. Ketika ingin sesuatu hal lebih baik terjadi itu bisa dimulai besok atau minggu depan atau bulan depan dan ya tahun depan. Waktu tidak pernah berhenti jadi untuk menginginkan perubahan atau resolusi bisa dimulai kapan saja tidak perlu menunggu tahun yang baru. Makanya aku tidak pernah merayakan hari ibu, hari kasih sayang, hari musik, hari anak, dan sebagainya dengan sangat serius. Paling hanya memberi ucapan. Ulang tahun yang setiap tahun ada makan-makannya saja aku merasa itu aku lakukan untuk mengikuti keinginan bapak dan ibu atau mas. Terakhir kali aku berulang tahun saja yang memilih waktu dan tempat untuk merayakan ulang tahunku itu mereka. Aku semakin sadar itu semua dilakukan ya bukan untukku tapi ya buat mereka. Tapi kalau dengan begitu mereka happy aku tidak masalah. Setiap hari tambah (atau kurang) usia, setiap hari juga bisa makan bersama. Yang membuat itu spesial itu manusianya sendiri. Bisa jadi juga itu membuat hidup aku flat semua. Aku nggak tahu definisi spesial. Hari raya idulfitri, aku kurang suka dengan momen minta maaf. Setiap saat kita bisa minta maaf. Aku menghargai orang-orang yang melakukan itu, aku juga masih ikut melakukannya walau kurang suka. Tuntunan agama pun tidak mengharuskan tradisi minta maaf di hari idulfitri. Banyak deh perayaan yang bagiku biasa aja tapi aku menghargai orang lain yang merasa itu spesial dengan ikut berpartisipasi juga. Itu menyenangkan juga.
Orang tua selalu melarangku ikut merayakan malam tahun baru dengan hura-hura. Katanya nggak baik, mending muhasabah. Parahnya aku sih nggak dua-duanya. hehehe. Kadang aku pengen gitu ikut teman-teman merayakan dengan makan bersama tapi pengen lebih ke ketemu mereka bukan perayaannya. Tapi ya sudahlah... Aku di rumah, tidur, bangun sudah tahun yang baru. Hampir 26 tahunku ini terjadi demikian. Pernah dua kali aku tahun baruan di luar rumah. Yang pertama karena kerjaan main reguleran di hotel besar tengah kota. Dari sana pukul 23.00 sampai rumah sekitar pukul 1.30. Nggak bermaksud ikut merayakan di luar sana tapi ya gimana nggak bisa jalan, lalu lintas di-stop sama manusianya sendiri. Kedua sengaja merayakan tahun baru di luar karena penasaran dan kebetulan tanggl 31 Desember aku pulang ke Jogja dari Madiun, masuk Jogja sekitar pukul 19 dan partner perjalananku mengajakku untuk langsung lanjut merayakan tahun baru dengan melihat kembang api gitu. Sampai rumah sekitar pukul 02.00 dan paginya kena omel karena ternyata bapak nunggu-nunggu aku untuk cepat sampai rumah dari Madiun itu. hehehehe.
Selamat tahun baru 2020! Semoga setiap waktu yang kita lalui ini selalu menyenangkan dan lebih baik :)
Firlie NH
Hari ini sebetulnya aku nggak libur karena ini hari Selasa seperti biasanya jadwal mengajar cello di orkestra. Kabar libur sangat mendadak dan tentu saja happy. Banyak sekali hari aku lewatkan tanpa menulis entah itu curhat, pengalaman, review, opini, dan lain-lain di blog. Belajar dari Pandji Pragiwaksono yang menulis materi stand up comedy setiap hari, walau aku bukan mau jadi komika, juga bukan sedang menata karir sebagai penulis, tadinya aku juga punya keinginan bisa menulis di blog setiap hari. Sempat di blog banyak draf yang sampai sekarang juga belum aku publish. Huh, tapi ini sudah cukup lama aku tidak memasukkan tulisan baru ke draf. Banyak banget yang ingin aku ceritakan padahal. Kadang nggak mood menulisnya atau ada kerjaan lain yang harus dikerjakan atau yang paling parah ya malas aja.
Apakah kalian tipe merayakan malam tahun baru? Kebetulan aku tidak. Banyak alasannya. Alasan yang paling mendasar dari diriku sendiri, aku tidak tahu letak penting dan menyenangkannya tahun yang baru. Ketika ingin sesuatu hal lebih baik terjadi itu bisa dimulai besok atau minggu depan atau bulan depan dan ya tahun depan. Waktu tidak pernah berhenti jadi untuk menginginkan perubahan atau resolusi bisa dimulai kapan saja tidak perlu menunggu tahun yang baru. Makanya aku tidak pernah merayakan hari ibu, hari kasih sayang, hari musik, hari anak, dan sebagainya dengan sangat serius. Paling hanya memberi ucapan. Ulang tahun yang setiap tahun ada makan-makannya saja aku merasa itu aku lakukan untuk mengikuti keinginan bapak dan ibu atau mas. Terakhir kali aku berulang tahun saja yang memilih waktu dan tempat untuk merayakan ulang tahunku itu mereka. Aku semakin sadar itu semua dilakukan ya bukan untukku tapi ya buat mereka. Tapi kalau dengan begitu mereka happy aku tidak masalah. Setiap hari tambah (atau kurang) usia, setiap hari juga bisa makan bersama. Yang membuat itu spesial itu manusianya sendiri. Bisa jadi juga itu membuat hidup aku flat semua. Aku nggak tahu definisi spesial. Hari raya idulfitri, aku kurang suka dengan momen minta maaf. Setiap saat kita bisa minta maaf. Aku menghargai orang-orang yang melakukan itu, aku juga masih ikut melakukannya walau kurang suka. Tuntunan agama pun tidak mengharuskan tradisi minta maaf di hari idulfitri. Banyak deh perayaan yang bagiku biasa aja tapi aku menghargai orang lain yang merasa itu spesial dengan ikut berpartisipasi juga. Itu menyenangkan juga.
Orang tua selalu melarangku ikut merayakan malam tahun baru dengan hura-hura. Katanya nggak baik, mending muhasabah. Parahnya aku sih nggak dua-duanya. hehehe. Kadang aku pengen gitu ikut teman-teman merayakan dengan makan bersama tapi pengen lebih ke ketemu mereka bukan perayaannya. Tapi ya sudahlah... Aku di rumah, tidur, bangun sudah tahun yang baru. Hampir 26 tahunku ini terjadi demikian. Pernah dua kali aku tahun baruan di luar rumah. Yang pertama karena kerjaan main reguleran di hotel besar tengah kota. Dari sana pukul 23.00 sampai rumah sekitar pukul 1.30. Nggak bermaksud ikut merayakan di luar sana tapi ya gimana nggak bisa jalan, lalu lintas di-stop sama manusianya sendiri. Kedua sengaja merayakan tahun baru di luar karena penasaran dan kebetulan tanggl 31 Desember aku pulang ke Jogja dari Madiun, masuk Jogja sekitar pukul 19 dan partner perjalananku mengajakku untuk langsung lanjut merayakan tahun baru dengan melihat kembang api gitu. Sampai rumah sekitar pukul 02.00 dan paginya kena omel karena ternyata bapak nunggu-nunggu aku untuk cepat sampai rumah dari Madiun itu. hehehehe.
Selamat tahun baru 2020! Semoga setiap waktu yang kita lalui ini selalu menyenangkan dan lebih baik :)
Firlie NH
Komentar
Posting Komentar