MENGHINDARI PERBUCINAN

Tadi malam untuk pertama kalinya aku meminta ide topik tulisan untuk blog dari followers Twitter yang tentunya teman-temanku sendiri karena aku bukan seleb tweet. Di masa-masa sebaiknya hanya beraktivitas di rumah, aku pengen untuk banyak menulis saja. Tapi sedang tidak ada keresahan, minta saran ide dari orang lain deh. Ada yang memberi ide, satu, "MENGHINDARI PERBUCINAN". Topik yang tampak sederhana, tapi ternyata kok sulit buat aku.

"Bucin" atau "budak cinta" tiba-tiba menjadi istilah populer untuk "judge" orang-orang yang terlalu bertindak berlebihan untuk pasangannya (yang kalau tidak salah lebih cenderung ke pacar). Betul tidak pendapatku? Padahal tindakan berlebihan terhadap pasangan sudah banyak terjadi dari dulu. Hm, tindakan berlebihan apa sebetulnya yang bisa dikatakan bucin? Sepemahaman aku, memposisikan pacar sebagai suatu hal yang sangat penting, tidak dapat diganggu gugat oleh hal lain seperti teman, keluarga, pekerjaan, dan lain-lain. Misalnya, sudah janjian nongkrong dengan teman-teman, tiba-tiba pacar menghubungi dan meminta bertemu, dia akan mengorbankan teman nongkrongnya untuk dapat bertemu dengan pacar. Atau hubungan jarak jauh, berkelahi, seketika pacar sudah datang menemui di depan rumah.

Sebelum ada istilah "bucin", aku termasuk yang tidak suka melakukan tindakan berlebihan "segitunya" kepada pacar dan juga tidak suka apabila pacarku "segitunya" ke aku. Alasannya, setiap orang sejak lahir punya privasi, walaupun batasan privasi setiap orang kadang berbeda, setidaknya itu tetap ada. Lingkup privasi pacar, aku tidak suka masuk ke sana terlalu jauh. Aku akan selalu memberi waktu dia untuk melakukan hal-hal yang biasa dia lakukan seru-seruan dengan teman nongkrongnya tanpa aku sebagai pacar. Tidak harus selalu bertemu sebagai dukungan aku juga untuk melakukan banyak hal dengan orang lain di luar sana. Tidak sering chatting di WhatsApp karena bagiku itu membosankan jika kegiatan setiap hari yang diceritakan selalu sama, momen chatting hanya menjadi penting untuk cerita-cerita tertentu. Tidak banyak menuntut karena itu merepotkan. Semua yang aku lakukan ke pacar adalah hal-hal yang aku juga ingin dapat dari dia. Tidak ingin diganggu jika sedang dengan teman-teman, tidak ingin chatting intens yang hanya berisi pengulangan setiap hari, juga tidak ingin dituntut. Tapi karena memang satu sama lain tidak mungkin sama banget dalam pemikiran, aku kadang direpotkan dengan hal-hal yang pacar lakukan ke aku. Aku butuh mendiskusikan atau membiasakan hal-hal yang terjadi pada pola hubungan kami.

Jadi, kalau ada pasangan bucin gimana? Walau aku bukan yang suka hal itu, aku merasa itu wajar. Aku merasa bucin itu wajar. Namanya sayang, cinta, atau apalah itu namanya. Cara menunjukkan rasa sayang masing-masing berbeda. Ada yang bilang "bucin tuh capek", atau "biarin aja bucin, terserah aku!". Aku setuju semuanya. Kalau capek ya kalian sendiri yang capek, kalau happy ya kalian juga yang happy. Biasanya kesulitannya jika dari masing-masing pihak berbeda, yang satu happy yang satu merasa toxic. Pecahkan masalah kalian sendiri! HAHAHA.

Lalu gimana dengan "menghindari perbucinan"? "menghindari" adalah kata kerja yang tepat bagi seseorang yang merasa nggak cocok dengan hubungan perbucinan. Berarti tepat untuk aku ya? Seolah aku sedang ditanya, "kalau pacarmu bucin, menghindarinya gimana?" Aku akan mulai dengan memperlakukan pasangan dengan bebas biar dia tahu kalau aku nggak bucin, kalau pasangannya peka, wajarnya bisa merasakan. Kayaknya gitu. hehe. Kalau masih bucin juga pasanganku? Ya diomongin kalau aku nggak suka digituin. Masih bucin juga? Bikin kesepakatan, diskusi dulu. Masih bucin lagi? Ya putus. Inti opiniku soal menghindari perbucinan ya, "hargai privasi pasangan seperti kamu mau dihargai privasinya oleh pasangan".

Sulit sekali menulis soal perbucinan :(

Firlie NH
17 Maret 2020

Komentar

Banyak dibaca