SECERCA HARAPAN

Di usia 26 tahun dan belum menikah rasanya ada kesedihan tersendiri. Belum menikah saat usia di atas 25 tahun dikatakan terlambat sudah tidak relevan dengan masa sekarang. Jadi, aku tidak begitu khawatir dan tidak peduli dikatakan terlambat. Tapi juga tidak bisa berbohong ketika melihat teman sepantaran sudah menikah, sudah mengandung, sudah punya anak, sudah akan punya anak lagi, tentu aku turut senang dan terselip rasa ingin merasakan hal yang sama.

Usia 26 tahunku ku buat datar sendiri. Nggak pernah betul-betul serius mengejar ambisi. Juga nggak banyak berbuat hal bermanfaat untuk orang lain. Aku hanya sibuk di lingkaran hidupku sendiri.

Seseorang yang aku harapkan menjadi terakhir dalam pencarian pasangan, hmm sepertinya tidak berlangsung baik. Entah apa trigger-nya, dia seperti melepasku begitu saja. Rasanya.... sedih. Belum sempat aku buatkan hidangan yang lezat lho mas. Ah, iya, aku suka membuat masakan untuk orang yang aku sayang.

Ditinggalkan begitu saja di saat hubungannya belum jauh walau aku  menaruh banyak harapan di sana, rasanya tidak begitu sakit. Tetap sedih walau yaudah lah. Bahkan patah hatiku di akhir tahun 2019, hmm ternyata rasanya tidak sesakit itu karena semua sudah berlalu. Aku bisa melewatinya. Aku lebih kuat dari perkiraanku sendiri.

Walaupun pandemi, waktu serasa berhenti, detik-detik selalu berganti. Pagi akan tetap berganti malam dan malam akan disambut pagi. Begitu terus.

Harapanku sampai nanti mati, kapanpun itu, aku ingin aku sudah bisa memaknai hidupku sebelum mati itu datang. Supaya tidak menyesal. Supaya ketika sudah mati aku tidak memohon-mohon pada Tuhan untuk hidup kembali menjadi wujud baru.

Firlie NH
17 April 2020

Komentar

Banyak dibaca