FESTIVAL JONO TERBAKAR 2020 di MOL, jebul mung ngono tok (?)

Ingin bikin ulasan Festival Jono Terbakar 2020 tapi telat. Habis hujan terus. Tapi akan tetap bikin.

Festival Jono Terbakar 2020 berlangsung hari Sabtu, 10 Oktober 2020 pukul 15.00-21.00 WIB di MOL Coffee and Space, jalan Kaliurang km 5,6 Gg. Pandega Duta III no. 2. Ini merupakan festival ke tiga kalinya diadakan musisi asal Jogja, Jono Terbakar. Festival identik dengan sebuah acara yang dibuat meriah dengan berbagai acara yang telah disusun oleh penyelenggara. Jono Terbakar memilih untuk tidak menyusun acara tersebut dan mempersilakan siapapun tanpa terkecuali untuk memeriahkan festival dengan penampilan apa saja. Sepertinya beliau ingin orang-orang datang tanpa menaruh ekspektasi. "Los dol" dengan segala ketidakpastian yang akan terjadi dalam festival yang beliau selenggarakan. Ingin orang-orang yang datang mengalami pengalaman yang entah pada akhirnya akan menjadi pengalaman yang menyenangkan atau justru bikin mereka merasa, "halah mung ngono tok". Ini adalah tahun ke tiga. Tapi ini Festival Jono Terbakar yang pertama saya ketahui dan datang bahkan ikut tampil. Kalau kata mas Jono, tahun sebelumnya ada yang merespon, "halah festivale mung ngono, yo wis sesuk aku tak nggawe festival dewe". ("halah festivalnya cuma gini aja, ya sudah besok saya akan membuat festival sendiri.". Makin penasaran nggak apa yang terjadi dengan Festival Jono Terbakar 2020?

(sumber: sila klik)

Tepat pukul 15.00 hujan masih turun deras yang nggak kunjung reda sejak sekitar pukul 13.30. Saya datang sejak pukul 13.15, masuk ke sebuah ruangan untuk sedikit berlatih dengan tiga teman lain, karena kami, Arc Quartet sengaja mau mencuri satu panggung di festival ini. Sudah pukul 15.00 dan saya masih asik dengan aktivitas latihan di dalam ruangan, jadi nggak nyimak jam 15.00 itu sudah terjadi apa di saat festival dimulai. Mas Jono, menulis serangkaian acara pada hari itu di dalam sebuah post instagram. klik aja

Selesai kami latihan, menuju teras belakang MOL kami duduk dan bercengkrama dengan beberapa pengunjung yang sudah datang. Tentunya dengan mas Jono, yang membagikan kertas yang dibikin buku berisi 11 cerita pendek buatan beliau. Saya baca cerita pendeknya, setiap saya penasaran saya bisa langsung tanyakan dan beliau menjelaskan. Horor, sedih, kasihan, menyayat, ngakak, ada semua. Kalau mau baca, minta file pdf bisa ke instagram Jono Terbakar. klik lagi

Ngobrol banyak, bisnis kafe yang baru dikembangkan MOL, fotografi, musik tradisi, pariwisata, dan lain-lain. Hujan mulai reda. Perform adzan magrib dikumandangkan masuk festival! Rehat, kemudian usung-usung kursi yang ada di teras belakang yang tadi kami duduki. Gelar karpet dan seolah mempersilakan diri sendiri, Arc Quartet nyusun-nyusun kursi dan music stand karena pingin (banget) tampil. Sedikit demi sedikit pengunjung datang menuju teras belakang dan mendekati panggung (panggungan). Jono Terbakar bicara apa saja yang kemudian mengawali penampilannya dengan "ngarang" main biola duet bareng pemain cello, Rarya Lakshito. Ada lagi duet biola dan cello, Gilang Sangsaka dan Rarya yang Jono Terbakar nyanyi pakai lirik-lirik unik. Ada Akmal murid biola Gilang yang datang ke festival diajak ke panggung, main bareng gurunya dan saya! Akmal baru kelas 3 SD dan masih baru menjadi murid biola. Dia keren banget mau main "Twinkle-twinkle Little Star" dan tangga nada A mayor di hadapan penonton Festival Jono Terbakar. Seru!

Panggung Arc Quartet ambil alih. Kami main lima karya, salah satunya adalah karya Jono Terbakar X Arc Quartet, "Jemuran" belum release. akan. doakan :')

Setelah itu ada mbak Bonita musisi yang datang dari Salatiga. Saya belum kenal mbak Bonita, tapi saat obrolan sore tadi beliau sempat kami "rasani". Mbak Bonita memperkenalkan diri dan banyak menceritakan pengalamannya yang sudah bermusik sejak tahun 90-an di Jakarta tetapi memutuskan pindah ke Salatiga satu setengah tahun yang lalu. Mbak Bonita nggak sendiri, ada suami dan anaknya yang tampil memukau bersinar serta mendamaikan hati setiap orang yang mendengarnya. Ah, gokil pokoknya! BAGUS BANGET. SEBAGUS ITU. Tapi aku pingin menjabarkan bagusnya seperti apa. Mas Adoy, suami mbak Bonita membuka penampilannya dengan menceritakan kegelisahannya bahwa musik yang sudah dibuat, dinyanyikan, maka itu sudah menjadi milik banyak orang, apakah kita yang membuat lagu, musik, tersebut masih berhak atas hak miliknya (?) Tiba-tiba gitar di tangan mas Adoy digenjreng dan memancarkan energi yang banyak. Nggak tahu juga kenapa bisa gitu. Bagus sekali. Mas Adoy yang masih memainkan intro, mbak Bonita bertanya pada anaknya yang berada di kursi penonton,"mau nyanyi, nak?", dijawab,"tapi dari sini aja". Mereka bertiga bernyanyi bersama. Suara dan energi yang luar biasa, bikin kami bisa ikut ke dalam lagunya sambil badan ini goyang dikit-dikit menikmati beat-nya. Sekitar lima lagu mereka bawakan. Saya nggak tercengang sendiri lho. Semua tercengang kagum! Luv mbak Bonita, mas Adoy, dan Pram :')

mas Adoy dan mbak Bonita
(sumber: galeri ponsel)

Penampilan terakhir ada mas Jono sendiri. Menyanyikan salah satu lagunya yang berjudul Ranu Kumbala dengan berbagai tingkah anehnya di panggung. Penikmat karya Jono Terbakar yang kalau tidak salah namanya anti-jonoterbakar, ikut nyanyi semua! Lagunya seru, tingkahnya kocak, pengen "TAK HIH" wqwq

Kalau kata Jono Terbakar ingin penonton yang datang menikmati ketidakpastian, saya berhasil menikmatinya. Acara tanpa susunan terencana berhasil bikin saya nggak berekspektasi apa-apa dan itu nikmat banget. Sampai ketemu di Festival Jono Terbakar selanjutnya!

Foto yang saya share di tulisan ini tidak banyak. Klik beberapa link yang saya bagi di atas, ya!

Salam ceria :')

Firlie NH | 12 Oktober 2020

Komentar

Banyak dibaca