CIBLON DI UMBUL MANTEN, KLATEN

Sak deg sak nyet* berangkat ke Umbul Manten tadi pagi bareng Inen. Kenalin, aku punya teman panggilannya Inen. Teman sejak SMK jadi kami sudah saling kenal empat belas tahun. Lama juga ya ternyata. Aku ingat-ingat kembali tahun masuk SMK di tahun 2008. Kenalin aja tapi nggak ada fotonya, ya.

Kamis lalu merencanakan ciblon, berencana Sabtu ini tadinya, sempat nggak jadi tapi mbuh kok jadi jadi.

Ciblon adalah istilah dalam bahasa Jawa yang sebetulnya ada penjelasannya di aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu "permainan anak-anak ketika mandi di sungai atau di permandian dengan cara menepak-nepakkan telapak tangan pada permukaan air sehingga menimbulkan bunyi tertentu". Tapi untuk sederhananya ciblon itu jegur (sering dibaca: "njegur") atau terjun ke air.

Ini adalah kali pertama buat saya, tidak buat Inen. Ncen Inen ki cah dolan, aku ora, tur aku lagi pingin wae! (Memang Inen suka main, saya enggak, tapi ini sedang ingin!) Konsekuensi ingin ciblon di hari ini adalah ramainya pengunjung karena sekarang adalah masa libur anak sekolah.

Berangkat dengan segala prahara ban motor saya akhir-akhir ini, yang diperkirakan jam 08.00 sampai rumah Inen, pukul 08.20 baru sampai dan sambil nunggu Inen siap saya mempelajari rute perjalanan menuju Umbul Manten. Pukul 08.30 kami berangkat ngeng naik motor pakai "paket adrenalin"** tapi ya nggak full adrenalin soalnya saya memang kadang takut kadang berani. wqwq.

Ingin sarapan "Soto Garing bu Yati" kok jebul ngalang*** dari Umbul Manten sehingga ya sudah kami sarapan di Soto Seger Mbok Giyem Klaten yang lokasinya di pojokan perempatan lampu lalu lintas dekat Jl. Andalas, pokoknya setelah jalan searah waktu mulai masuk kota Klaten. Pukul 09.30 kami tiba di soto seger. Enak, klaim "seger" dari nama sotonya terbayarkan. Sarapan pagi ini saya menghabiskan Rp 16.000,- untuk 1 porsi soto, 1 mendoan, 1 perkedel, dan 1 es teh tawar. 

(Foto oleh Inen)

Sudah pukul 10.00 harus lekas cus melanjutkan perjalanan ndak panas yampun. Pukul 10.30 kami tiba di Umbul Manten. Di perjalanan kami lewat Umbul Ponggok yang terkenal sekali, tapi umbul ini punya kedalaman 1,5 sampai 2,6 meter dan bisa berfoto di dasar umbulnya. Saya nggak bisa berenang hahaha, ya nggak ke sana. 

Sebelum masuk Umbul Manten ada biaya parkir motor Rp 3.000 atau parkir mobil Rp 7.000. Tiket masuk Rp 10.000 per orang. Ada beberapa jalur untuk masuk tapi sama saja, kok. Ada penjaga dan harga tiket sama.

Ramai sekali seperti dugaan awal. Biasanya saya kena serangan panik lihat keramaian begini. Tapi saya ingin main air yampun. Pemanasannya diajak Inen masukin kaki ke kolam yang banyak ikannya, terapi ikan. Ini saya belum pernah seumur hidup karena saya geli. Dipaksa Inen dan ditantang lima detik kaki di dalam air. Tentu gagal dan berteriak. 

(Ini bagian umbul "tidak dalam" untuk para bocil dengan pengawasan orang tua)

Lanjut ke bagian kedalaman 160 cm. Umbul ini sebetulnya tidak seluas Umbul Ponggok dan masih dibagi menjadi beberapa bagian disesuaikan dengan kedalaman. Kedalaman 160 cm cukup luas dibanding bagian lain dan kebanyakan anak gede yang di sana (ya iya lah). Yang lebih cetek banyak diserbu anak-anak yang didampingi orang tuanya. Ada juga bagian yang terpisah, kecil, jadi sepi karena cuma bisa untuk kungkum nggak bisa berenang ke sana ke mari. 

Di kedalaman 160 cm saya nggak sendirian lho yang tidak bisa berenang. Saya perhatikan sekitar dan beberapa dari mereka kayak saya, kalau nggak di pinggir-pinggir, ya berenang ala kadarnya kaki berisik, nah itu saya yang berisik itu kakinya.

Inen sudah mulai berenang-renang. Waktu Inen minggir entah gimana situasinya di dekat kami ada tiga bocah laki-laki yang Inen tertarik buat ngajak main kemudian yaudah main aja deh pokoknya. Jadi sebuah geng dadakan. Seruuu. Ternyata yang satu kelas 6 SD dan yang 2 kelas 8 SMP, umurnya 11 sampai 14 tahun gitu. Mereka tanya nama kami tapi kami lupa tanya nama mereka. Hadeh. Geng "akamsi" yang datang naik sepeda menempuh perjalanan sekitar 15 menit dan masuk tanpa bayar, jarene macak akrab wae karo mase****, gratis. Main ambil koin di dasar umbul, ngajarin saya berenang, saya dan satu bocah laki-laki yang nggak bisa berenang sama-sama diajarin tapi bonus bully haha, tebak umur, dan diakhiri dengan mam mendoan bersama. Have a nice ciblon!

Mendoan harganya hanya Rp 10.000 per porsi isi 8 iris. Hangat dan enak. Menu lain harganya serupa gitu. Tidak mahal untuk tempat wisata. Ada banyak pilihan penjual. Tempat kami jajan mendoan dan lain-lain cepat datang walau mereka ramai pesanan.

Tambahan info, di sana tidak ada persewaan ban (mungkin karena umbul tidak begitu luas). Ada persewaan tikar seharga Rp 5.000. Tidak ada loker jadi penting untuk ada yang duduk menjaga. Kami nekat taruh di pinggir umbul, sih. 

Pukul 13.00 saya mulai mandi bilas. Jumlah kamar mandinya menurut saya kurang banyak. Empat kamar mandi untuk perempuan dan empat kamar mandi untuk laki-laki. Kondisi ramai, antrenya panjang betul. Kamar mandi ala kadarnya. Pintu seng dan jari saya kebaret hadeh huhuhu. 

Lanjut ke mushola yang tidak kalah ala kadarnya. Alhamdulillah, ada mushola. Selesai salat, saya pakai cermin mushola untuk memakai pelembab dan sunscreen karena perjalanan pulang tidak sebentar, eh.

Selesai dari mushola kami mampir melihat sungai yang posisinya lebih rendah dari umbul tempat kami ciblon. Kecil banyak batu besar dan banyak digunakan keluarga gitu. Vibe agak beda dari bagian umbul untuk berenang.

(Sungai di Umbul Manten)

Ngeng pulang ke Jogja sambil buka google maps lagi karena saya tidak pandai menghafal jalan. Ternyata jalan pulang yang diarahkan berbeda. Saya lepas google maps setelah sampai di jalan besar, njedul-nya di SPBU Kebon Arum, tidak lewat kota Klaten. Ngang ngeng ngang ngeng. Pukul 15.30 kami sampai Kalasan dan mampir ke Kostaka (Kopi Stasiun Kalasan) Lapar lagi. Saya pesan nasi lele, ingin makan pakai tampah seperti gambar yang tertera di buku menu. Inen pesan sup matahari -auw panas, matahari kok disup-. Nasi lele dibandrol harga Rp 20.000, sup matahari (berapa, ya?) sekitar Rp 18.000, untuk lauk tambahan seperti mendoan (banyak banget pilihan lain) mulai harga Rp 12.000 dan minuman mulai harga Rp 6.000. Pesanan cepat datang dan kami lekas kenyang serta siap ngeng melanjutkan perjalanan pulang.

(Makanan dan minuman di Kostaka)

Di perjalanan pulang kami ngobrol banyak salah satunya rencana ingin ke umbul yang lain tapi saat tidak liburan sekolah dan menyesal karena nggak punya kontak bocil-bocil untuk diajak main bersama.

Pukul 16.40 kami tiba di rumah Inen. Perjalanan pulang macet sana sini yampun penuh adrenalin mlipir sana mlipir sini. Pukul 17.05 saya tiba di rumah dan melihat ke motor, bensinnya strip satu (lagi). 

Oke, jadi butuh berapa liter bensin ke Umbul Manten? Jarak rumah saya ke Inen 9 km. Rumah Inen ke Umbul Manten 50 km. Saya isi pertamax Rp 30.000 (2,4 liter) saat berangkat kondisi habis (ketip-ketip). Setelah menempuh jarak kurang lebih 118 km indikator bensin strip satu. Jadi kurang lebih membutuhkan 2 liter pertamax di motor Scoopy. 

Skor untuk Umbul Manten 4.5/5

Selamat mencoba! Selamat berlibur!

Saya capek, mari istirahat!


*saat merasa ingin saat itu juga harus dilakukan

**mengendarai motor dengan serampangan sat set was wus memacu adrenalin

***tidak searah atau di jalur yang berbeda

****katanya pura-pura akrab saja


Firlie NH

25 Juni 2022

Komentar

Banyak dibaca