MELANJUTKAN PERJALANAN

Pertengahan Februari 2023, di hari Sabtu petang hari. Aku sedang membantu ibuk berjualan di bazar sejak pagi. Si Bakul Es Teh memberi kabar bahwa ayahnya, pak Legino, meninggal dunia. Innalilahi wainnailaihi roji'un. Ku balas singkat dan menanyakan jadwal pemakaman yang ternyata nggak bisa aku hadiri. Ibuk butuh aku sampai besok petang.

Senin, aku datang ke sana sendiri. Kedua kali kedatanganku ke rumah si Bakul Es Teh adalah untuk melihat keadaannya yang baru saja kelihangan ayah yang sangat ia sayangi. Bertemu ibu si Bakul Es Teh untuk kedua kali juga, dengan kondisinya yang masih tampak murung, tatapannya seolah bertanya, "kamu siapanya anakku, sih". Gitu, sih, rasanya. Hehehe.

Terbersit kelegaan aku sempat bertemu bapak si Bakul Es Teh satu kali saat pertama kali ke sana. Salim, tersenyum, dan bapak tertawa.

Seperti yang aku tulis di akhir Maret lalu, aku melamar si Bakul Es Teh, mas Yanuar. Kami mulai menjalani long distance relationship dengan segala dinamikanya.

Belum genap seratus hari bapak mas Yanuar meninggal, ibuku, bu Eny mengalami kecelakaan motor, tertabrak truk di dekat rumah. Dengan kondisi tubuhnya yang utuh, ibuk dinyatakan meninggal Kamis Wage, 18 Mei 2023 pukul 06.48 WIB.

Minggu depan, adalah Kamis Wage ke empat setelah ibuk meninggal. 

Aku dan mas Yanuar jadi sepasang yatim dan piatu yang nggak jarang untuk saling menguatkan. Kehilangan orang tua adalah hal tersakit yang pernah aku rasakan. Yang aku pahami, rasa sakit yang aku rasakan nggak akan pernah sama dengan rasa sakit yang orang lain rasakan saat kehilangan orang tuanya. Bukan soal mana yang lebih sakit, melainkan setiap orang punya rasa sakitnya sendiri-sendiri.

Kami sempat merencanakan pernikahan di tahun 2025. Namun dengan kondisi tersebut, sempat membuat kami berpikir, kayaknya perlu dibicarakan lagi soal itu. Yang tadinya bapak ibuku menyetujui kepindahanku ke Purworejo kelak setelah menikah, ya aku jadi berpikir bagaimana ini bapak aku tinggal sendiri. Adik aku terlalu kecil untuk mengurus bapak.

Ya Alloh, di saat ke-trust issue-an ku ke Alloh mulai hilang karena hadirnya mas Yanuar, gimana ini, kepergian ibuk jadi hal berat baru yang bikin aku kacau.

"Emang bisa, ya, hidup tanpa ibuk?"

"Kenapa cara meninggal ibuk kayak gitu, sih?"

"Ya Alloh, kenapa harus di situasi yang kami nggak bisa menemani saat-saat terakhirnya ibu, Ya Alloh?!"

Hampa.. Walau usiaku hampir 30 tahun, separuh kehidupanku aku jalani membersamai ibuk. Kulakan, jualan, berorganisasi, belanja, ya aku yang antar. Hanya karena satu momen ibuk pergi sendiri di pagi hari, kenapa bisa sebegitu fatalnya? Sakit banget, sakit banget.

Mau berandai-andai tapi buat apa. Tidak akan mengubah keadaan.

Selamat melanjutkan perjalanan ibuku tercinta, ibu Eny Swandayani.

Selamat melanjutkan perjalanan bapak mertuaku tersayang, bapak Legino.

Beberapa bulan ke depan kami akan menikah. Firlie dan mas Yanuar akan menikah. 

Terima kasih Alloh untuk kelancaran hubungan kami selama ini. Harapan kami sama, ingin hidup dengan nyaman hingga akhir hayat kami. 

Terima kasih untuk calon suami yang berbudi baik, peduli pada orang lain, mengajarkan Firlie buat jadi manusia yang lebih baik, belajar lagi untuk bisa mengamalkan perihal sembah dan manembah.

Mas Yanuar adalah pria yang Firlie butuhin. Segala dinamika pertemuan Firlie dengan banyak pria, mas Yanuar merupakan anugrah buat Firlie. Terima kasih, Alloh :) 

Bapakku, bapak Hadi Supanan dan ibu mertuaku, ibu Wiwit. Semoga sehat selalu :) Terima kasih untuk semuanya

Komentar

Banyak dibaca