DOAIN, AKU MAU MELAHIRKAN :")
Kemarin, usia kehamilanku masuk 34 minggu :)
Boleh kali, ya, untuk aku sharing soal perjalanan periksa janin di dalam perutku. hehehehe.
Enam minggu menuju tanggal persalinan yang diperkirakan, rasanya masih cukup santai tapi takut tapi santai tapi takut :"D
Kehamilanku itu ketauan di usia sekitar 6 minggu. Aku baru telat haid sekitar satu minggu. Setelah suami yang aku tunjukin tespek garis dua, aku chat mbak iparku yang seorang dokter, "mbak, aku harus ngapain?". Disaranin sama mbak untuk ke dokter paling nggak setelah telat dua minggu, biar kalau USG, udah kelihatan.
Setelah telat dua minggu, aku dan suami ke puskesmas/faskes 1 BPJS. Poli KIA di puskesmas sini itu ditangani dua bidan. Ditanya tespeknya, beliau enggak minta aku tespek lagi atau bahkan langsung USG juga enggak. Diperiksa perutnya tapi ya memang belum kelihatan. Langkah pertama itu seminggu setelahnya, diminta datang pagi untuk periksa, aku lupa istilahnya, tapi intinya harus periksa di poli umum, poli gigi, poli gizi, dan cek hb, gula darah, dan lain-lain di laboratorium puskesmas. Yang dilakukan hari itu juga adalah suntik tt atau vaksin tetanus. Kontrol pertama kehamilan ini aku diberi bekal semacam do and don't bagi ibu hamil. Secara umum tu apa-apa boleh sih. Bidan hari ini pun jadi bidan paling berkesan sampai hari ini total udah sekitar lima bidan mungkin yang aku temui di puskesmas ini. Juga dijelaskan bahwa akan ada USG di usia kehamilan 12 minggu di puskesmas. Dan entah gimana aku dan suami nggak ada kepikiran untuk USG mandiri di usia sebelum 12 minggu. Aku kira emang nggak perlu. Kayak aku kira USG pertama tu ya 12 minggu. Hahahahaha. Kocak.
Seminggu setelahnya aku dan suami balik ke puskesmas untuk periksa segala macam itu tadi yang aku jelaskan. Untuk cek lab semua aman. Poli gizi jadi poli paling lama, beliau memberikan arahan untuk kebutuhan makan ibu dan janin, yang sebetulnya ada di buku KIA yang sudah diberi sejak kontrol pertama. Tapi memang jadi jauh lebih jelas. Protein hewani menjadi asupan paling penting dan membatasi konsumsi gula dan turunannya. Juga diberi arahan untuk kenaikan berat badan yang wajar untuk aku yang berat badan awal kehamilannya 80 kg. Itu juga tercantum di buku KIA tapi beliau membantu menghitungkan kita masuk kategori yang mana. Aku hanya boleh diperbolehkan naik 7-11,5 kg selama kehamilan. Setelah banyak pemeriksaan hari itu, aku diberi MMS, multiple micronutrient supplement, untuk menggantikan asam folat yang diberikan selama seminggu sebelumnya. Kata bidan, ini adalah multivitamin untuk ibu hamil yang sesuai anjuran terbaru dari pemerintah. Setahuku ini juga dari kemenkes, sih.
Bulan berikutnya, seperti arahan bidan, aku dan suami datang lagi untuk kontrol. Masih di poli KIA yang biasanya, tapi dengan bidan yang berbeda.
Setelah sekian lama tulisan ini masuk ke draf tanpa aku teruskan, kini aku kembali ke draf ini saat opname di rumah sakit di usia kehamilanku 38 minggu. Sekitar satu bulan kemudian. Kenapa tiba-tiba opname? Nah, mungkin menceritakan runtutan perihal kehamilanku selanjutnya setelah kontrol ke dua ke poli KIA puskesmas perlu aku urungkan huhuhu. Atau agak dipersingkat saja mungkin.
Pertama kali USG di usia 12 minggu kehamilan, emang bikin nagih. Saat itu dapat fasilitas dari faskes 1 BPJS, dengan alat USG seadanya (read: jadul) milik puskesmas, kami memutuskan untuk akan lanjut USG secara mandiri secara berkala setiap bulannya atau sesuai anjuran dokter saat kami periksa. Kebetulan fasilitas dari BPJS memang hanya dua kali USG yaitu di minggu 12 dan 32.
USG ke dua, aku dan suami periksa di 23 minggu bersamaan dengan kami mudik pertama ke Jogja setelah sekian lama nggak menyambangi bapak karena merasa kandungan belum cukup siap untuk diajak perjalanan jauh dulu. Kami USG di RS Queen Latifa, di tempat Omi, istri bapak bekerja. Tentunya tidak membayar, yeay ditraktir Omi. Hehehehe. Obgyn perempuan satu-satunya di RS Queen Latifa yang di Jogja (ring road barat) adalah dr. Arum. Informatif, memberi motivati, minus agak tegang dikit kayak dosen hehehehe. Tapi cocok, tapi kalo di Jogja terus kontrolnya, agak huhu ya untuk terus-terusan ke Jogja. Kami tinggal di Purworejo, btw. Kata dr. Arum saat itu, janin berat normal di 600 gram dan segala sesuatunya bagus. Oiya, Insya Alloh perempuan jenis kelaminnya. Aku dan suami nyengir super happy :') Alhamdulillah.
USG selanjutnya, kami periksa di RSIA Permata di Purworejo. Serba dadakan, karena sebelumnya kami sudah daftar di RSU Kasih Ibu di Purworejo juga, memalui seorang temannya teman suami (hahaha panjang, yah!), yang perawat di sana, tiba-tiba dokter obgyn yang kami reservasi mendadak tugas ke luar kota. Malam sebelum hari periksa, kami mendaftar via WhatsApp ke RSIA Permata ternyata masih bisa. Oleh dr. Drajat. Hasilnya bagus di 29 minggu, janin sudah berat 1.4 kg. Dan semua hasilnya bagus. Penjelasan dokter cukup lengkap, ramah, humoris dan tentunya dokter serta perawat yang menutup sesi dengan motivasi sederhana dan mengena. Puas.
Masuk 32 minggu, seperti yang aku ceritakan sebelumnya, akan dapat fasilitas dari BPJS untuk USG di 32 minggu kehamilan. Oiya, agak balik ke belakang, walau kami selalu melakukan periksa USG secara mandiri secara berkala di RS, setiap bulan kami tetap rajin kontrol ke puskesmas, kok. Periksa ke Puskesmas itu minimal 6 kali selama kehamilan. Jadi sebulan itu kontrolnya bisa dibilang tiga kali yaitu ke puskesmas, rumah sakit, dan posyandu. Posyandu nggak kalah penting sih menurutku, soalnya itu semacam update atau laporan sebagai warga setempat yang sedang hamil. Kalau terjadi sesuatu, posyandu tahu, maka desa tempat kita tinggal akan ter-update begitu. Lanjut ke USG di 32 minggu di puskesmas, dokter yang memeriksa adalah dokter umum seperti biasa. Hari itu cukup dar der dor, aku dan suami nge-freeze sama hasil yang disampaikan dokter bahwa berat janin stuck di 1.4 kg. Tanpa penjelasan yang banyak, bahkan kami menunggu beliau uthak-uthek (bahasa Indonesianya apa, guys?) alat USG cukup lama. Sampai rumah, baca buku pink (buku KIA), HPL jadi 14 Januari 2026 alias mundur dua minggu tanpa ada penjelasan di ruang periksa.
Di minggu yang sama, selang berapa hari, kami memutuskan untuk USG di RSU Kasih Ibu, alhamdulillah dokter kembali praktik di jadwal yang kami mau. Oleh dr. Unggul. Hari itu usia kandungan 33 minggu kurang satu hari. Boleh aku sebut usia 33 minggu aja, ya? Hasilnya semua bagus, penjelasan dokter super lengkap, 2D dan 4D terekam sempurna. Ada dokumentasi adek bayi menguap-nguap di perutku di berat 2 kg. Alhamdulillah adek bayi tidak stuck seperti yang dikatakan dokter puskesmas. Puas! Jujur ini alat di RSU Kasih Ibu juara, setara dengan RS Queen Latifa, plus penjelasan yang komplit sepaket dengan dokter ramah. Ikut anjuran dokter, periksa selanjutnya ada di tiga minggu kemudian.
Sebelum itu, aku dan suami periksa ke puskesmas sesuai jadwalnya. Hari itu tensiku naik, tapi bidan tidak menuliskan resep. Observasi awal yaitu dengan mengubah pola istirahat. Oiya, aku langsung diminta cek hb dan protein urin. Hasilnya bagus semua, jadi aku dan suami masih merasa lega dan aman. Kami diminta kontrol dua minggu lagi.
Selanjutnya, Masuk 36 minggu, kami kontrol lagi RSU Kasih Ibu, itu awal mula kenapa aku ada di sini untuk opname di 38 minggu.
Huft, pelan-pelan deh~
Hari itu, di usia 36 minggu, janinku hanya naik 300 gram, nutrisi ke bayiku terhalang sama tensiku yang tinggi secara tiba-tiba. Iya, betulan tiba-tiba. Selain aku nggak merasa ada sesuatu yang signifikan, walau setelahnya aku menyadari ada kalanya aku sedikit pusing di saat beraktivitas, tapi aku nggak paham itu tanda tensi tinggi karena pusing yang dalam taraf wajar, mirip saat trimester satu. Istirahat dan pusingnya hilang. Posisi janin yang sejak 29 minggu USG kepala bayi sudah di bawah, juga saat USG selanjutnya, tiba-tiba adek melintang. Tensi tinggi, bb janin relatif kecil, posisi melintang :') Aku salah apa, salah di mana, sejak kapan? Tapi hari itu aku nggak banyak nanya penyebabnya karena dr. Unggul positive vibes banget memang, hari ini dokter menjelaskan kondisinya tapi dengan memberi beberapa arahan untuk seminggu ke depan di cek kembali. Sujud 3 menit 5 kali sehari, jadi saat selesai salat itu sujudnya ditambah. Biasanya di usia ini memang sudah sulit untuk mengubah posisi bayi dalam kandungan, tapi air ketubanku masih bagus. Makan telur rebus dua butir sehari dan aku diresepkan obat penurun tensi. Dokter sudah menyebut soal preeklamsia walau hasil lab protein urinku negatif. Tensi yang tiba-tiba naik ditambah kakiku sedikit bengkak, aku sudah dianggap preeklamsia.
Dengan perasaan yang campur aduk, kami ikhtiar seminggu ini. Sesuai anjuran dokter.
Kami juga menyempatkan kontrol ke puskesmas. Hari itu tensiku masih tinggi setelah
sekitar tiga hariminum obat dari dokter. Akhirnya bidan sudah menyarankan saya untuk nggak lahiran di
puskesmas dengan kondisi saat ini. Aku dan suami merencanakan persalinan untuk di RSU
Kasih Ibu.
Seminggu berlalu, hasil USG hari itu, di usia 37 minggu ternyata tidak cukup baik. Posisi bayi
yang belum berubah dan janin naik 200 gram saja, sehingga dinyatakan dokter bahwa berat
bayi masih relatif kecil untuk usia kehamilanku. Hari itu aku dinyatakan pengapuran plasenta
dan dokter membuat rencana persalinan berdasarkan hasil periksa hari itu. Kalau dilanjutkan
dengan kondisi plasenta seperti itu, kenaikan bb bayi sudah tidak maksimal. Harus dilahirkan
untuk keselamatan bayi dan ibu. Sambil mbrambangi (read: mata berkaca-kaca), saya
memberanikan diri tanya ke dokter, ini awalnya kenapa ya, dok? Ternyata tensi tinggi, pengapuran
plasenta terjadi di usia kehamilan seperti ini hal yang sangat mungkin terjadi tanpa sebab alias
tiba-tiba bahkan bisa terjadi dalam kurun waktu 3-4 hari kata dokter. Sebagai ibu baru, tadinya
aku merasa bersalah. Dari semua baik-baik aja sampai 33 minggu kenapa tiba-tiba begini?
Sempat berpikir apakah dokter nggak mau menyalahkan aku sebagai ibu aja, ya, karena beliau
positive vibes banget kan. Pas aku baca-baca lagi, ternyata bener, tetep sedih tapi memang
ternyata itu terjadi pada ibu hamil secara tiba-tiba.
Dokter merencanakan tindakan operasi caesar setelah aku masuk 38 minggu. Kemarin aku
mulai opname untuk dua hari ini diberi obat pematangan paru. Besok, aku akan menjalani operasi.
Saat opname, detak jantung bayi diperiksa minimal tiga kali sehari, itu menenangkan banget.
Sayangnya ini tidak ada pemeriksaan USG lagi huhu. Berharap kondisi adek di dalam perutku
tetap baik dan semakin baik, serta ada kenaikan bb. Doain kami, ya! Siapapun yang baca :')
Semoga aku bisa hadir lagi untuk menceritakan kabar bahagia dari aku, suami, dan adek bayi :)
*Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan serius yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan sering kali kadar protein berlebihan dalam urine (proteinuria) setelah usia kehamilan 20 minggu, bisa juga mempengaruhi organ seperti ginjal, hati, dan otak, serta memerlukan perhatian medis segera karena bisa berbahaya bagi ibu dan bayi. Gejalanya bisa termasuk nyeri kepala, pandangan kabur, bengkak di wajah/tangan/kaki, mual muntah, nyeri ulu hati, dan kenaikan berat badan drastis.


Komentar
Posting Komentar